Tradisi Nabi, Tata Cara Memakai Batu Cincin Sesuai Karakter Anda


Jangan asal pakai cincin. Ada baiknya mengenal "tradisi" pemakaian permata ini. Tradisi ini sudah temurun-temurun. Jika salah pakai, Anda bisa menjadi bahan tertawaan "senior bercincin".

"Seseorang bisa ditahu apa sudah lama memakai cincin atau dadakan dari cara dia menempatkan permata di jari tangannya," ujar Mursyid Khalwatiyah Syekh Yusuf Al Makassary, Syekh Sayyid A Rahim Assegaf Puang Makka di redaksi Tribun, beberapa waktu lalu.

Puang Makka bukan pemain baru di dunia batu mulia. Hobi koleksi batu mulia itu diperolehnya dari ayahnya.

Selain mewarisi 120 cincin permata dari pendiri NU Sulsel, Syekh Sayyid A Djamaluddin Assegaf Puang Ramma Qaddasallah Sirrah, ayahnya, juga masih gemar berburu permata.
“Bapak saya mengajarkan kalau mengenakan batu safir di kanan maka di tangan kiri batu pirus. Kalau Jamrud di kiri maka rubi harus di kanan.

Maknanya juga saya tidak tahu persis. Tapi orang dulu standarnya begitu,” jelas Puang Makka.

Jangan Puja Batu
Fenomena pemujaan batu mulia yang melanda masyarakat Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan bukan hal asing lagi.

Jika batu mulia sejak dahulu kala hanya menarik perhatian kelompok menengah ke atas di Sulsel, maka di era ini, batu mulia dilirik semua kalangan.

Selain karena harganya terjangkau, juga karena batu mulia jenis lokal mudah didapatkan. Hampir di setiap sudut, setiap lorong di Makassar kita bisa menemukan pengrajin batu.
Mursyid Khalwatiyah Syekh Yusuf Al Makassary, Syekh Sayyid A Rahim Assegaf Puang Makka mengaku tidak heran dengan kecenderungan umat terhadap batu mulia. Menurutnya, selain banyaknya jenis batu lokal bermunculan, juga karena fenomena tersebut masuk dalam salah satu program presiden, ekonomi kreatif.

“Tapi ingat!, Jangan tuhankan batu, kalau hobi yes!!,” kata Puang Makka
Puang Makka juga salah satu kolektor batu mulia. Hanya saja, batu mulia koleksiannya bukan batu jenis lokal.

Puang Makka bahkan memiliki giok asli Tiongkok yang diberikan salah satu sahabatnya. Batu itu dikalungkan di lehernya.

“Rasulullah juga kolektor. Sampai setiap pedang dan kuda koleksinya diberi nama. Beliau juga memakai batu. Rasulullah tidak mungkin mengenakan sesuatu yang tidak bermanfaat,” ucap Puang Makka.

Ia menekankan, koleksi batu mulia bukanlah hal yang diharamkan dan tidak ada pertentangan alim ulama soal batu mulia. Hanya saja ulama dan kyai yang juga doyan koleksi batu mulia perlu menekankan kepada ummat agar tidak terjerumus dengan hobinya itu.(as kambie).


Sumber: tribunnews.com