Batuan mulia merupakan anggota elite dari mineral alam. Disebut elite karena
dari sekitar 3.000 jenis mineral di Bumi, hanya terdapat 150-200 yang bisa
digolongkan jenis batu mulia.
Indyo Pratomo, geolog dari Museum Geologi Bandung,
mengatakan, sebagaimana mineral alam lainnya, pembentukan batu mulia terjadi
melalui proses geologi sebagaimana batuan lainnya, misalnya melalui
diferensiasi magma, metamorfosa, atau sedimentasi.
Awalnya adalah aktivitas dapur magma di perut Bumi.
Batuan cair bersuhu di atas 1.000 derajat celsius ini terus bergerak dalam
selubung atau mantel Bumi. Di luar mantel ini adalah lapisan kerak Bumi, yang
tersusun dari lempeng-lempeng yang terus bertumbukan dan menyisakan banyak
retakan. Tekanan yang kuat dari dalam cenderung mendorong magma untuk mencari
jalan keluar ke permukaan.
Ketika cairan superpanas dan bertekanan tinggi ini mulai
naik, cairan ini akan melarutkan berbagai batuan lain yang telah ada.
Terjadilah proses pelarutan atau ubahan hidrotermal.
Intan merupakan batuan yang terbentuk di lapisan luar
mantel Bumi, di kedalaman hingga 161 kilometer. Di kedalaman ini, tekanan
mencapai 4 gpa dan suhu hingga lebih dari 1.350 derajat celsius. Tekanan yang
luar biasa kuat dan suhu yang luar biasa panas kemudian mengubah mineral karbon
anorganik di kerak Bumi (beda dengan karbon organik yang membentuk batubara)
yang dilewati hidrotermal ini menjadi kristal intan.
Kebanyakan intan yang kita temukan sekarang merupakan
hasil pembentukan proses jutaan-miliar tahun yang lalu. Erupsi magma yang
sangat kuat membawa intan-intan tersebut ke permukaan, membentuk pipa kimberlite,
penamaan kimberlite berasal dari penemuan pertama pipa tempat intan
berada tersebut di daerah Kimberley, Afrika Selatan.
Intan merupakan bagian dari batuan mulia yang memiliki
keistimewaan karena kekerasannya. Dalam jajaran batu mulia, skala kekerasan
intan mencapai 10 mohs, disusul batuan safir dan rubi (mirah delima) yang
mencapai 9 mohs, zamrud mencapai 7-8 mohs. Batuan akik atau yang dalam istilah gemstone digolongkan
sebagai batuan setengah mulia memiliki kekerasan kurang dari 7 mohs.
Berbeda dengan intan, batuan akik terbentuk saat larutan
hidrotermal semakin mendingin karena semakin dekat permukaan. Sambil berjalan
ke atas, dia mengisi rekahan dan pori-pori batuan, dan bahkan mengisi fosil
kayu sehingga membatu. "Batuan akik terbentuk oleh tudung-tudung silika
atau larutan hidrotermal, yang tidak terlalu jauh dari permukaan. Temperaturnya
kira-kira 300 derajat celsius," kata Sujatmiko, geolog yang juga
Sekretaris Jenderal Masyarakat Batu Mulia Indonesia.
Menurut Sujatmiko, batuan akik ini bisa ditemui hampir
di seluruh wilayah Indonesia. Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya Jakarta
tidak mempunyai batuan akik. Sementara intan, sejauh ini hanya ditemukan di
Kalimantan. "Intan yang ditemukan di Kalimantan sejauh ini bukan berasal
dari intinya, melainkan batuan intan yang dari sumber sekunder yang diendapkan
atau dibawa oleh air dari tempat lain. Para geolog sudah sejak zaman Belanda
memburunya, tetapi tidak ketemu sumber primernya seperti yang ditemukan di
Kimberley," katanya.
Kekayaan batuan mulia dan setengah mulia ini karena
aktivitas geologi Indonesia sejak jutaan tahun lalu. Sejauh ini, aktivitas
geologis tertua di Indonesia yang terlacak terjadi sekitar 400 juta tahun lalu,
ditemukan dari fosil sejenis kerang yang berada di puncak gunung-gunung di
Papua. Ini menandai adanya aktivitas tektonik luar biasa sehingga bisa
mengangkat dasar laut hingga membentuk pegunungan tertinggi di Indonesia.
Sumber: Kompas