Mari Kita Mengenal Batu Permata Yang Asli

Syarat batu asli ada beberapa punya serat dan , Batu kristal asli sebenarnya tidak mempunyai serat, kecuali dia berasal dari fosil binatang atau pepohonan dll. Bila, misalnya, kristal terbentuk oleh udara (corundum — safir dan ruby), karbon (diamond) dan yang sejenis terjadi yang dalam bahasa Inggris disebut “fraction”, yaitu keretakan. Keretakan ini sering terlihat seperti serat-serat. Keretakan itu ada yang bisa dilihat dengan mata telanjang, dengan pembesaran (loupe) 10 kali pembesaran, juga ada yang hanya bisa dilihat dengan pembesaran 40 kali pembesaran atau lebih. Batu asli yang mempunyai keretakan tertinggi adalah diamond (kata orang Banjar intan atau berlian). Bila ada berlian bersih lagi transparent tanpa ada keretakan sebab kita hanya melihat dengan loupe 10 kali pembesaran, tapi kalau kita dengan 40 kali pembesaran atau lebih akan terlihat banyak keretakan di dalamnya. Untuk mengkaji lebih mendalam ada dua buku yang membahas tentang kristal, yaitu Manual of Mineralogy oleh Cornelis Klein dan Cornelius S. Hurlbut, Jr, atau A Course of Mineralogy oleh V. Agol, atau buku-buku yang membahas kristal di perpustakaan-perpustakan.

Mengenai serat-serat pada batu permata, ini kebiasaan orang Banjar, Martapura, yang dalam bahasa Inggris disebut fibre, dalam menentukan batu permata asli atau tidak. Padahal di luar negeri banyak yang tidak suka batu permata retak-retak, sebab mengganggu kekuatan refraktif (pantulan cahaya dari dalam batu). Banyak batu permata yang sangat-‘sangat transparen yang dianggap batu sintetis (bisa jadi: dengan metode HPHT –high pressure high temperature atau Cultured atau ada teknologi yang terbaru), sebab dianggap tidak berserat (berarti palsu). Padahal sebenarnya asli, nah banyak yang dilarikan keluar negeri dan berharga mahal sekali.

Sayangnya, kita tidak punya laboratarium menguji kekerasan, unsur kimia, refraksi, berat jenis dalam menentukan batu asli atau tidak. Kemudian, mengenai istilah bubble (gelembung-gelembung udara terdapat dalam batu permata), untuk sementara dianggap penentu sintetis. Istilah sintetis bukan berarti tidak asli. Kalau Kang Egi punya simpanan majalah Jewellery, 11 Sept 2004, hal 95-96, di sana disebutkan diamond berwarna asli, dengan melalui HPHT, disebut sintetis. Artinya, batu itu asli tetapi diproses melalui HPHT. Harganya tidak jauh beda dengan natural, bahkan kejernihan di atas 95% lagi indah sekali. Istilah sintetis bukan berarti sebuah batu permata yang dianggap barang murah dan gampang diproduksi. Bahkan cultured diamond hanya di bawah 10 persen saja yang bisa dijadikan gemstone, selebihnya dijadikan gurinda. Sebab banyak yang retak, impuritasnya tidak sedikit.

Artinya, untuk membedakan asli dan sintetis tidak bisa diuji dengan loupe atau test kid, harus diuji melalui laboratarium — yang jujur dan independen. Oleh karena itu, saya usul saja, kalau ada teman-teman pecinta gemstone punya batu permata baik dan transparen, kekerasannya dari 8 – 10 skala Mohs, ya disimpan saja ketimbang dijual murah. Saya amati, di Kalimantan Selatan, terutama di Martapura sebagai pusat perbatuan yang mensejerah, sudah langka batu-batu permata yang berkekerasan 8 – 10 skala Mohs. Demikian juga di Rawabening, Solo, Jogja sudah langka.

Sebagaimana Batik, ada mau diambil hak ciptanya, mungkin batu-batu permata juga dibeli dengan harga murah kemudian diangkut keluar negeri, kemudian dikembali ke Indonesia dengan harga 10.000 kali lipat lebih mahal.

Batu permata asli = original gemstone dan batu permata imitasi = simulant gemstone. Contoh sederhana, diamond (baca: berlian) yang didapat dari lubang pendulangan di Kalimantan Selatan atau Barat, di Amazon,Afrika Selatan, Inggris atau Australia. Tapi bila batu asli dipanaskan atau dipressure secara sengaja atau tidak sengaja (baca: kebetulan terkakar di atas ribuan derajat), maka batu permata itu disebut diamond sintetis. Sedangkan batu permata tiruan diamond diciptakan seorang ahli kimia berkebangsaan Perancis, Dr. Henry Moissan. Diamond tiruan (baca: imitasi) dibuat dari batu meteor, kemudian dengan menggunakan metode high tempature, berhasillah diciptakan diamond tiruan yang disebut moissanite. Kekerasannya 9,25 Mohs scale mendekati kekerasan diamond asli. Memang, harganya berbeda diantaranya keduanya. Kalau diamond asli bisa saja di atas 20 juta per karat kalau the best, sedang moissanite hanya 10 juta.

Mungkin saja, imitasi di Indonesia dipersepsi misalnya, antara berlian asli dengan kaca yang dicutting seperti berlian. Kekerasan sangat jauh berbeda dan harganya pun tidak sebanding. Itu namanya, boleh saja, dikatakan palsu. Pasalnya, kalau pakai diamond, bisa seumur hidup, bahkan berabad-abad kilauannya tidak akan berubah. Sedangkan kaca, bila dipakai tiap hari selama 3 tahun lebih, maka kilauannya akan hilang, bahkan berubah warna seperti minyak. Emang ada American diamond yang bercahaya kuat dan bertahan cukup lama, tetapi mudah terkena goresan yang akan mempengaruhi keluarnya cahaya dari dalam batu permata.

Syarat batu asli ada beberapa punya serat dan , Batu kristal asli sebenarnya tidak mempunyai serat, kecuali dia berasal dari fosil binatang atau pepohonan dll. Bila, misalnya, kristal terbentuk oleh udara (corundum — safir dan ruby), karbon (diamond) dan yang sejenis terjadi yang dalam bahasa Inggris disebut “fraction”, yaitu keretakan. Keretakan ini sering terlihat seperti serat-serat. Keretakan itu ada yang bisa dilihat dengan mata telanjang, dengan pembesaran (loupe) 10 kali pembesaran, juga ada yang hanya bisa dilihat dengan pembesaran 40 kali pembesaran atau lebih. Batu asli yang mempunyai keretakan tertinggi adalah diamond (kata orang Banjar intan atau berlian). Bila ada berlian bersih lagi transparent tanpa ada keretakan sebab kita hanya melihat dengan loupe 10 kali pembesaran, tapi kalau kita dengan 40 kali pembesaran atau lebih akan terlihat banyak keretakan di dalamnya. Untuk mengkaji lebih mendalam ada dua buku yang membahas tentang kristal, yaitu Manual of Mineralogy oleh Cornelis Klein dan Cornelius S. Hurlbut, Jr, atau A Course of Mineralogy oleh V. Agol, atau buku-buku yang membahas kristal di perpustakaan-perpustakan.

Mungkin saja, imitasi di Indonesia dipersepsi misalnya, antara berlian asli dengan kaca yang dicutting seperti berlian. Kekerasan sangat jauh berbeda dan harganya pun tidak sebanding. Itu namanya, boleh saja, dikatakan palsu. Pasalnya, kalau pakai diamond, bisa seumur hidup, bahkan berabad-abad kilauannya tidak akan berubah. Sedangkan kaca, bila dipakai tiap hari selama 3 tahun lebih, maka kilauannya akan hilang, bahkan berubah warna seperti minyak. Emang ada American diamond yang bercahaya kuat dan bertahan cukup lama, tetapi mudah terkena goresan yang akan mempengaruhi keluarnya cahaya dari dalam batu permata.


Sumber : https://penjualpermatamartapura.wordpress.com